Sexy Red Lips an empty space for share: Makalah Pengembangan Kurikulum

Mengenai Saya

Foto saya
student of state university, i like to help people and share about everything what i like, and what i knew,

Jumat, 19 April 2013

Makalah Pengembangan Kurikulum


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Karena kurikulum merupakan rencana untuk keperluan pelajaran anak, maka bahan pelajaran harus dituangkan dalam organisasi tertentu agar tujuan pendidikan dapat dicapai. Organisasi atau disain kurikulum dimaksud untuk memudahkan anak belajar. Dalam organisasi kurikulum dicoba diwujudkan apa yang diketahui tentang teori, konsep, pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak, dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum itu menentukan apa yang akan dipelajari, kapan waktu yang tepat untuk mempelajarinya, keseimbangan bahan pelajaran dan keseimbangan antara aspek-aspek pendidikan yang akan disampaikan.  
Disain kurikulum bertalian erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Seperti halnya dengan disain suatu gedung misalnya, disain itu akan berbeda-beda menurut tujuan gedung itu, apakah untuk sekolah, gedung toko atau tempat tinggal, demikian pula ada perbedaan disain kurikulum yang bertalian dengan tujuan yang diutamakan, apakah penguasaan kebudayaan dan pengetahuan umat manusia. Bila tujuannya terutama transmisi atau penyampaian kebudayaan dan pengetahuan maka yang paling sesuai ialah organisasi kurikulum berupa mata pelajaran yang lazim disebut subject centered. Akan tetapi bila kebutuhan masyarakat atau anak menjadi tujuan utama maka kurikulum yang paling serasi ialah kurikulum yang berdasarkan masalah-masalah masyarakat.


B.     Rumusan Masalah
1.      Menyebutkan Jenis-jenis Orientasi Kurikulum
2.      Orientasi pada mata pelajaran
3.      Orientasi pada siswa
4.      Orientasi pada tujuan
5.      Orientasi pada masalah



BAB II
PEMBAHASAN
Jenis-jenis orientasi Kurikulum
Kurikulum bermacam-macam bentuknya. Bentuk yang paling dikenal dan sangat meluas pemakaiannya ialah subject curriculum, subject berarti matapelajaran. Jadi subject curriculum berarti kurikulum yang terdiri atas sejumlah matapelajaran, disebut juga subject centered curriculum yang artinya kurikulum yang berpusat pada matapelajaran. Karena matapelajaran itu pada umumnya diajarkan secara terpisah-pisah, maka disebut juga separate subject-curriculum.
Pada garis besarnya ada empat jenis orientasi kurikulum :
1.      Kurikulum berdasarkan matapelajaran (Subject Centered)Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini, yaitu:
a.       Matapelajaran terpisah-pisah (Separate Subject Curriculum)
b.      Matapelajaran gabungan (Correlated Curriculum)
c.       Pola pengelompokkan mata pelajaran serumpun (Broad Fields)
2.      Kurikulum yang mengutamakan peranan siswa (Student Centered). Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini, yaitu :
a)      Kurikulum berpusat pada anak didik (Student centered)
b)      Kurikulum berpusat pada pengalaman (The Activity atau Experience Centered)
3.      Goal Centered, Kurikulum yang berorientasi pada tujuan
a.       Kurikulum berpusat pada tujuan (Goal Oriented)
b.      Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competence Based)
4.      Problem Centered, Suatu kurikulum yang berpusat pada masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat.[1]ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini, yaitu:
a.       Kurikulum yang berorientasi pada situasi hidup (Life Situations)
b.      Kurikulum yang berorientasi pada rekonstuksi sosial (Social Reconstruction)

A.     Orientasi pada mata pelajaran (subject centered)
1.      Mata Pelajaran Terpisah-pisah (Separate Subject Curriculum)
Dalam subject centered, kurikulum ini bertujuan agar generasi muda mengenal hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan sejak berabad-abad, agar mereka tak perlu mencari dan menemukan kembali apa yang telah diperoleh generasi-generasi dahulu. Dengan demikian mereka lebih mudah dan lebih cepat membekali diri untuk



[1] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997)

menghadapi masalah-masalah dalam kehidupannya.[1] Kurikulum ini masih sangat umum dipakai dimana-mana karena banyak mengandung keuntungan-keuntungan, namun banyak pula kelemahan-kelemahannya ditilik dari sudut pendidikan modern. Keberatan-keberatan yang sering diajukan tentu saja bertalian erat dengan pandangan seseorang mengenai pendidikan dan pengajaran. Kelemahan-kelemahan kurikulum ini ialah:
a)      Kurikulum ini memberikan matapelajaran yang lepas-lepas yang tidak berhubungan satu dengan yang lain.
b)      Kurikulum ini tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang dihadapi anak-anak dalam kehidupannya sehari-hari.
c)      Kurikulum ini menyampaikan pengalaman umat manusia yang lampau dalam bentuk yang sistematis dan logis. Sesuatu yang logis tidak selalu psikologis ditinjau dari segi minat dan perkembangan anak.
d)      Tujuan kurikulum ini terlampau batas.
e)      Kurikulum ini kurang mengembangkan kemampuan berpikir.
f)       Kurikulum ini cenderung menjadi statis dan ketinggalan zaman.[2]
2.      Matapelajaran gabungan (Correlated Curriculum)
Correlated  berasal dari kata correlation yang dalam bahasa Indonesia berarti korelasi yaitu adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Pokok bahasan atau sub pokok bahasan dapat tuntas dan menyeluruh. Korelasi bidang studi tersebut dapat terjadi sebagai berikut:
Korelasi dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara:
a.       Korelasi antarpokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis.
b.      Korelasi antarpokok bahasan di luar bidang studi yang tidak sejenis.[3]
c.       Dapat pula beberapa matapelajaran disatukan (Broad Fields).[4]
3.      Pola pengelompokkan mata pelajaran serumpun (Broad Fields)
Broad Fields itu menyatukan beberapa matapelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi.[5]
Beberapa Keuntungan dari Kurikulum-kurikulum ini, ialah:
a.       korelasi memajukan integrasi pengetahuan pada murid-murid. Mereka mendapat informasi mengenai suatu pokok tertentu tidak secara terpisah-pisah dalam berbagai matapelajaran pada waktu yang berbeda-beda, akan tetapi dalam satu pelajaran, dimana pokok itu disoroti dari berbagai disiplin matapelajaran tertentu. Dengan demikian pengetahuan mereka tidak lepas-lepas, melainkan bertautan, berpadu.
b.      Minat murid bertambah apabila ia melihat hubungan antara matapelajaran-matapelajaran
c.       Pengertian murid-murid tentang sesuatu lebih mendalam, apabila didapat penjelasan dari berbagai matapelajaran
d.      Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas karena diperoleh pandangan dari berbagai-bagai sudut dan tidak hanya dari satu matapelajaran saja
e.       Korelasi memungkinkan murid-murid menggunakan pengetahuannya lebih fungsional. Mereka mendapat kesempatan menggunakan pengetahuan dari berbagai matapelajaran guna memecahkan suatu masalah.
f.       Korelasi antara matapelajaran lebih mengutamakan pengertian dan prinsip-prinsip daripada pengetahuan dan penguasaan fakta-fakta.
Kelemahan-kelemahan kurikulum-kurikulum ini ialah :
a.       Tidak menggunakan bahan yang langsung berhubungan dengan kebutuhan dan minat anak-anak serta dengan masalah-masalah yang hangat yang dihadapi murid-murid dalam kehidupannya sehari-hari
b.      Tidak memberi pengetahuan yang sistematis serta mendalam mengenai pelbagai matapelajaran
c.       Guru sering tidak menguasai pendekatan inter-disipliner[6]

B.     Orientasi pada Siswa (Student centered)
1.      Kurikulum berpusat pada anak didik (Student centered)
Di dalam pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang adalah peserta didik sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan menciptakan situasi belajar mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Peserta didik bukanlah tiada daya, dia adalah suatu organisme yang punya potensial untuk berbuat, berperilaku, belajar dan juga berkembang sendiri. Student Centered bersumber dari konsep Rousseau menekankan perkembangan peserta didik. Pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan dan tujuan peserta didik. Ada variasi model ini, yaitu Activity atau Experience Centered.
2.      Kurikulum berpusat pada pengalaman (The Activity atau Experience Centered)
Beberapa ciri utama Activity atau Experience. Pertama, Struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam mengimplementasikan ciri ini guru hendaknya:a) Menemukan minat dan kebutuhan peserta didik, b) Membantu para siswa memilih mana yang paling penting dan urgen. Kedua, karena struktur kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan peserta didik, maka kurikulum tidak dapat disusun jadi sebelumnya, tetapi disusun bersama oleh guru dengan para siswa. Ketiga, desain kurikulum tersebut menekankan prosedur pemecahan masalah.
Ada beberapa kelebihan dari kurikulum ini, yaitu:
a.       kegiatan pendidikan didasarkan atas kebutuhan dan minat peserta didik. 
b.      pengajaran memperhatikan perbedaan individual. Mereka turut dalam kegiatan belajar kelompok karena membutuhkannya, demikian juga kalau mereka melakukan kegiatan individual.
c.       kegiatan-kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal kecakapan dan pengetahuan untuk menghadapi kehidupan di luar sekolah.
Ada beberapa kelemahan dari model disain kurikulum ini, yaitu:
a.       Penekanan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik belum tentu cocok dan memadai untuk menghadapi kenyataan dalam kehidupan.
b.      Kurikulum hanya menekankan minat dan kebutuhan peserta didik. Kurikulum tidak mempunyai pola dan struktur. Kedua kritik ini tidak semuanya benar, sebab beberapa tokoh activity design telah mengembangkan struktur ini. [7]

C.     Orientasi pada Tujuan (Goal centered)
Desain kurikulum yang berorientasi tujuan adalah kurikulum berpusat pada tujuan (goal-oriented) dan kurikulum berbasis kompetensi (competence-based)
1.      Kurikulum yang berorientasi pada tujuan (Goal Oriented)
Masing-masing tujuan yang ada di bawahnya terkait secara langsung dengan tujuan yang ada di atasnya. Penyusunan kurikulum dengan orientasi berdasarkan tujuan, artinya bahwa tujuan pendidikan dicantumkan terlebih dahulu. Tujuan pendidikan di Indonesia tertera pada GBHN. Atas dasar tujuan-tujuan yang telah ada, selanjutnya ditetapkan pokok-pokok bahan pelajaran dan kegiatan belajar mengajar, yang kesemuanya itu diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Pengembangan kurikulum yang menganut pendekatan berorientasi pada tujuan ini mendasarkan diri pada tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan secara jelas dari tujuan nasional sampai tujuan instruksional. Dalam hal ini kegiatan pertama adalah merumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang akan dilaksanakan dan dicapai melalui kegiatan belajar mengajar mengajar. Tujuan-tujuan pendidikan yang dirumuskan biasanya bersifat menyeluruh, mencakup aspek-aspek, mulai aspek pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan maupun sikap. Dalam pengembangan semacam ini yang menjadi persoalan adalah menentukan tujuan-tujuan atau harapan apa yang diinginkan dari tercapainya hasil pembelajaran tersebut. Pengembangan kurikulum yang semacam ini di Indonesia adalah kurikulum 1975. Berdasarkan tujuan yang dirumuskan tersebut maka disusun atau diterapkanlah bahan pelajaran yang meliputi pokok-pokok dan sub-sub pokok bahasan sehingga lebih terarah.
Adapun beberapa kelebihannya, yaitu :
a)      Tujuan yang ingin dicapai sudah jelas dan tegas, sehingga bahan, metode, jenis-jenis kegiatan juga jelas dalam menetapkannya. Karena telah ada tujuan-tujuan yang jelas maka memudahkan penilaian- penilaian untuk mengukur hasil kegiatan.
b)      Hasil penilaian yang terarah akan mampu membantu para pengembang kurikulum mengadakan perbaikan-perbaikan / perubahan-perubahan penyesuaian yang diperlukan.[8]
2.      Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competence Based)
Karakteristik KBK antara lain mencakup seleksi kompetensi yang sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menetukan kesuksesan pencapaian kompetensi dan pengembangan sistem pembelajaran. Sehubungan dengan itu Depdiknas (2002) mengemukan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut : 
a.       Menekankan pada kecakapan kompetensi baik secara individu maupun klasikal. 
b.      Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. 
c.       Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. 
d.       Sumber belajar bukan hanya pendidik tetapi juga sumber lain yang memenuhi unsur edukatif.
Pengembangan KBK mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan model-model kurikulum sebelumnya. Pertama, KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena berangkat berfokus dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan standar kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge). 

Kedua, KBK boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan  memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu. Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan ketrampilan.[9]

D.     Orientasi pada Masalah (Problem centered)
Problem Centered menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat. Konsep pendidikan para pengembang model kurikulum ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama. Dalam kehidupan bersama ini manusia menghadapi masalah-masalah bersama yang harus dipecahkan bersama pula. Mereka berinteraksi, berkooperasi dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang mereka hadapi untuk meningkatkan kehidupan mereka.
Problem Centered menekankan pada isi maupun perkembangan peserta didik. Ada dua variasi model desain kurikulum ini, yaitu:
1.      Kurikulum yang berorientasi pada situasi hidup (Life Situations)
Life situations seperti Student Centered menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah. Ciri lain dari model desain ini adalah menggunakan pengalaman dan situasi-situasi nyata dari peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan.
Tiap pengalaman peserta didik sangat erat hubungannya dengan bidang-bidang kehidupan sehingga dapat dikatakan suatu desain kurikulum bidang-bidang kehidupan yang dirumuskan dengan baik akan merangkumkan pengalaman-pengalaman sosial peserta didik. Dengan demikian, desain ini sekaligus menarik minat peserta didik dan mendekatkannya pada pemenuhan kebutuhan hidupnya dalam masyarakat. 
Adapun beberapa kelebihan-kelebihannya dibandingkan dengan bentuk-bentuk desain lainnya, yaitu:
a)      Pemisahan antara subject dihilangkan oleh problema-problema kehidupan sosial.

b)      Kurikulum diorganisasikan di sekitar problema-problema peserta didik dalam kehidupan sosial, maka desain ini mendorong penggunaan prosedur belajar pemecahan masalah.
c)      Menyajikan bahan ajar dalam bentuk yang fungsional
d)      Motivasi belajar datang dari dalam diri peserta didik, tidak perlu dirangsang dari luar.
Adapun beberapa kelemahan-kelemahannya, yaitu:
a)      Penentuan lingkup dan sekuens dari bidang-bidang kehidupan yang sangat esensial (penting) sangat sukar, timbul organisasi isi kurikulum yang berbeda-beda.
b)      Kurangnya integritas dan kontinuitas organisasi isi kurikulum.
c)      Mengabaikan warisan budaya
d)      Guru maupun buku dan media lain tidak banyak yang disiapkan.[10]

2.      Kurikulum yang berorientasi pada rekonstruksi sosial (Social Reconstruction)
Kurikulum ini lebih menekankan pada problem-problem yang dihadapi murid dalam kehidupan masyarakat. Konsepsi kurikulum ini mengemukakan bahwa pendidikan bukanlah upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi dan kerja sama. Interaksi itu terjadi pada siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan orang dilingkungannya dan sumber-sumber belajar lainnya. Dengan kerja sama semacam ini, siswa dapat berusaha memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat dapat menjadi masyarakat yang lebih baik.
Kurikulum rekonstruksi sosial ini adalah model kurikulum yang lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Melalui interaksi dan kerja sama antara guru dan peserta didik berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik. Kelemahan dari kurikulum rekonstruksi sosial adalah sukar diterapkan dan kemampuan siswa berbeda-beda
Ada beberapa ciri dari desain kurikulum ini :
a)      Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.
b)      Masalah-masalah sosial yang mendesak. Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial yang mendesak.
c)      Pola-pola organisasi. Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda, masalah sebagai tema utama terletak pada poros untuk dibahas secara pleno, tema utama tersebut dijabarkan dalam topik-topik yg dibahas secara berkelompok.[11]





[1] S. Nasution,Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1993), hal. 108
[2] S. Nasution, Asas-asas Kurikulum edisi kedua, (Jakarta: Bumi Aksara), hal.185-190
[3] Dakir, Perencanaan & Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), hal. 44-45
[4] S. Nasution, Asas-asas Kurikulum…, hal. 192
[5] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek…,
[6] S. Nasution, Asas-asas Kurikulum…, hal. 195
[7] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997)
[10] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek…, hal.120-121

Tidak ada komentar:

Posting Komentar