BAB
II
PEMBAHASAN
A. Problem Anak Jalanan
Tidak susah untuk
mengetahui penyebab meningkatnya jumlah anak yang turun jalanan dan hidup
di jalanan di Indonesia. Semakin hari, biaya hidup di negeri ini semakin mahal.
Ketimpangan sosial terjadi di mana-mana. Hal ini menyebabkan keluarga miskin
semakin terpuruk, dan anak-anak mereka pun turun ke jalan hanya untuk
menyambung hidup. Orangtua mereka bahkan terang-terangan menggunakan mereka
untuk mendapatkan rasa belas kasihan dari orang lain. Mereka terpaksa melakukannya
karena memang tidak tahu lagi harus seperti apa mencari uang.
Bekerja dan mencari
uang memang sudah menjadi hal wajib yang harus dilakukan setiap anak yag ada
jalanan. Sayangnya, hampir seluruh dari anak-anak tersebut sudah melupakan hal
penting, yaitu pendidikan. Bagi mereka, uang lebih berharga daripada
pengetahuan. Mereka pun terkadang melupakan hal yang paling hakiki, yaitu
bagaimana mempertahankan keimanan. Untuk bertahan hidup tidak terlalu susah
dibandingkan bagaimana bertahan dari semua godaan dunia yang semakin tidak
menentu.
Ironisnya, hampir
seluruh jajaran pemerintahan seolah angkat tangan dalam menangani anak anak
yang ada jalanan. Malah terkadang pemerintah melakukan operasi atau razia, baik
untuk gepeng (gelandangan dan pengemis), maupun anak-anak jalanan. Padahal itu
bukanlah suatu solusi, karena cara mengatasi meningkatnya jumlah anak-anak
jalanan adalah dengan cara menangani penyebabnya, yaitu kemiskinan. Setelah
dilepaskan, mereka akan kembali lagi ke jalanan.
Mengentaskan
kemiskinan memang hal yang tidak mudah. Jalan lain yang bisa dijadikan solusi
adalah dengan meningkatkan pendidikan bagi anak anak yang tinggal jalanan yang
merupakan aset bangsa yang berharga. Mereka memiliki hak untuk memperoleh
pendidikan seperti anak-anak lainnya, hal ini merupakan tugas pemerintah dan
kita semua untuk ikut mencerdaskan bangsa. Tidak ada bedanya dengan anak-anak
lain yang memiliki kesempatan berprestasi.
Yang memperparah
keberadaan anak jalanan adalah bahwa nantinya mereka akan menjadi orangtua,
entah karena menikah secara benar atau karena mereka melakukan seks bebas.
Kesulitan dalam kehidupan membuat banyak orang melakukan protes kepada Tuhan
dengan cara melakukan berbagai penyimpangan yang dibenci oleh Tuhan. Tidak
jarang bahwa mereka rela mengkhianati Tuhan dengan berbuat yang dilarang oleh
Tuhan. Hebatnya lagi, mereka malah tidak merasa bersalah.
Apa yang terjadi
dengan seorang anak sekolah dasar yang diperkosa oleh ayah kandungnya sebanyak
dua kali lalu tertular penyakit kelamin dan meninggal dunia, ternyata ayah yang
bejad ini telah mengenal seks bebas sejak usia 14 tahun. Ayah yang sangat
kurang ajar ini berprofesi sebagai pemulung. Istrinya sakit kanker dan dirawat
di rumah sakit ketika ia melampiaskan nafsunya kepada anaknya sendiri. Kehidupan
yang keras yang tidak dibarengi dengan mendidik jiwa dan hati, maka yang
terjadi adalah tidak merasakan dosa ketika berbuat dosa.[1]
Kalau hal ini
dibiarkan, maka tidak menutup kemungkinan bahwa akan banyak orang yang tidak
mampu mempertahankan keimanannya. Tidak mudah memang untuk mendidik diri
sendiri agar mau belajar bagaimana mengelola hati. Beberapa orang merasa tidak
membutuhkan hal ini karena ia sangat sibuk dengan pekerjaannya mencari makanan
sebagai penymbung hidup. Kalau hanya mempertahankan nyawa dengan makanan,
tidaklah sulit. Masih cukup berlimpah sumber makanan di dunia ini. Yang sulit
memang mencari cara mendidik hati.
Anak-anak yang
berada di jalan ini terkadang menyerah pada nasib dan mengikuti orang-orang
yang mengajaknya melakukan perbuatan salah. Mereka masuk ke dalam dunia hitam.
Yang perempuan malah bisa menjadi pelacur dalam usia yang sangat muda. Yang
usia tua tetap mengemis hingga tutup usia. Sangat disayangkan bahwa mereka
menyiakan waktu yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Mungkin saja mereka tidak
tahu bagaimana memanfaatkan waktu karena mereka tidak belajar melakukannya.
Kalau anak-anak ini
bisa diselamatkan, maka hal itu akan sangat baik. Paling tidak jiwa mereka akan
selamat. Tubuh mereka boleh saja kasar dan berdebu, tetapi hati mereka jernih
dan bening. Anak-anak yang telah mendapatkan pendidikan yang bagus dari para
relawan, biasanya malah menjadi anak yang hebat. Tidak sedikit dari mereka yang
telah menjadi mantan anak jalanan. Para mantan anak jalanan ini berusaha memberikan
pendidikan yang sama kepada anak-anak yang masih berada di jalanan.
Adalah kewajiban
bersama untuk memberikan pengetahuan kepada siapapun. Tidak boleh ada yang
miskin di dunia dan juga miskin di akhirat. Betapa malang nasib orang yang
seperti ini. Bagaimana bisa mendidik diri untuk ikhlas kalau tidak tahu
ilmunya. Cara orangtua yang terdidik itu pasti akan sangat berbeda dengan cara
orangtua yang tidak terdidik dalam membesarkan anak-anaknya. Orangtua yang
terdidik akan berusaha memberikan bimbingan karakter yang baik kepada
anak-anaknya.
B. Pendidikan untuk Anak Jalanan
Memberi pengetahuan
atau pendidikan bisa dengan berbagai cara, macam pendidikan pun bisa
bermacam-macam, tidak sebatas pengetahuan umum seperti matematika atau IPA.
Berikut ini adalah beberapa cara memberi pendidikan bagi anak anak yang tinggal
di jalanan.
1.
Mendirikan sekolah
Yang dimaksud dengan sekolah di sini tentu bukan berarti sekolah besar
yang didirikan dan dikelola secara profesional seperti sekolah swasta.
Mendirikan sekolah untuk anak jalanan bisa dilakukan kapan saja, di mana saja,
dan dengan syarat sekolah yang tentunya tidak seberat sekolah-sekolah formal.
Hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Pada
sekolah ini, tidak ada batasan umur, tidak ada batasan biaya, dan waktu
bersekolah pun bisa sangat fleksibel, tergantung kemampuan anak anak yang ada
di jalanan.
2.
Mendirikan rumah singgah
Saat ini banyak sekali rumah singgah yang berdiri untuk memberi
pendidikan pada anak anak jalanan. Namun di rumah singgah, mereka tidak hanya
akan mendapatkan pengetahuan umum, tapi lebih kepada keterampilan tertentu
sesuai minat dan bakat mereka.[2]
Contoh
keterampilan yang diajarkan adalah cara menganyam, menjahit, atau keterampilan
lain yang memang mereka sukai. Hal ini tentu sangat positif bagi perkembangan
pendidikan anak jalanan. Dengan bekal keterampilan, mereka lebih siap untuk
bekerja tanpa harus menjadi anak jalanan lagi.
Secara umum tujuan dibentuknya rumah
singgah adalah membantu anak jalanan mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan
alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sedang secara khusus tujuan
rumah singgah adalah :
a.
Membentuk kembali sikap dan prilaku anak yang sesuai
dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat
b.
Mengupayakan anak-anak kembali kerumah jika memungkinkan
atau ke panti dan lembaga pengganti lainnya jika diperlukan
c.
Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan
kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang
produktif.
d.
Peran dan fungsi rumah singgah bagi program pemberdayaan
anak jalanan sangat penting. Secara ringkas fungsi rumah singgah antara lain :
e.
Sebagai tempat
pertemuan ( meeting point) pekerja
social dan anak jalanan. Dalam hal ini sebagai tempat untuk terciptanya persahabatan
dan keterbukaan antara anak jalanan dengan pekerja sosial dalam menentukan dan
melakukan berbagai aktivitas pembinaan.[3]
Peran dan fungsi rumah
singgah bagi program pemberdayaan anak jalanan sangat penting. Secara ringkas
fungsi rumah singgah antara lain :
a.
Sebagai tempat
pertemuan ( meeting point) pekerja
social dan anak jalanan. Dalam hal ini sebagai tempat untuk terciptanya
persahabatan dan keterbukaan antara anak jalanan dengan pekerja sosial dalam
menentukan dan melakukan berbagai aktivitas pembinaan.
b.
Pusat diagnosa dan rujukan. Dalam hal ini rumah singgah berfungsi sebagi tempat
melakukan diagnosa terhadap kebutuhan dan masalah anak jalanan serta melakukan
rujukan pelayanan social bagi anak jalanan.
c.
Fasilitator atau sebagai perantara anak jalanan
dengan keluarga, keluarga pengganti, dan lembaga lainnya.
d.
Perlindungan. Rumah singgah dipandang sebagai tempat
berlindung dari berbagai bentuk kekerasan yang kerap menimpa anak jalanan dari
kekerasan dan prilaku penyimpangan seksual ataupun berbagai bentuk kekerasan
lainnya.
e.
Pusat informasi tentang anak jalanan
f.
Kuratif dan rehabilitatif, yaitu fungsi mengembalikan dan
menanamkan fungsi social anak
g.
Akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak jalanan dan
sekaligus akses kepada berbagai pelayanan social.
h.
Resosialisasi. Lokasi rumah singgah yang berada
ditengah-tengah masyarakat merupakan salah satu upaya mengenalkan kembali
norma, situasi dan kehidupan bermasyarakat bagi anak jalanan. Pada sisi lain
mengarah pada pengakuan, tanggung jawab dan upaya warga masyarakat terhadap
penanganan masalah anak jalanan.
Bentuk upaya pemberdayaan
anak jalanan selain melalui rumah singgah dapat juga dilakukan melalui
program-program :
a.
Center based program, yaitu membuat penampungan tempat
tinggal yang bersifat tidak permanen.
b.
Street based interventions, yaitu mengadakan pendekatan
langsung di tempat anak jalanan berada atau langsung ke jalanan.
c.
Community based strategi, yaitu dengan memperhatikan
sumber gejala munculnya anak jalanan baik keluarga maupun lingkungannya.
3.
Mendirikan klub buku/taman
baca
Alternatif lain untuk memberi pendidikan pada anak anak
jalanan adalah dengan mendirikan sebuah taman bacaan. Di sini, mereka bisa
diajarkan untuk lebih mencintai pengetahuan dan buku yang berfungsi sebagai
jendela ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar