Sexy Red Lips an empty space for share: Makalah Kapita Selekta: Masalah Pendidikan untuk Anak Jalanan (AJAL)

Mengenai Saya

Foto saya
student of state university, i like to help people and share about everything what i like, and what i knew,

Sabtu, 22 Juni 2013

Makalah Kapita Selekta: Masalah Pendidikan untuk Anak Jalanan (AJAL)

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Problem Anak Jalanan
Tidak susah untuk mengetahui penyebab meningkatnya jumlah  anak yang turun jalanan dan hidup di jalanan di Indonesia. Semakin hari, biaya hidup di negeri ini semakin mahal. Ketimpangan sosial terjadi di mana-mana. Hal ini menyebabkan keluarga miskin semakin terpuruk, dan anak-anak mereka pun turun ke jalan hanya untuk menyambung hidup. Orangtua mereka bahkan terang-terangan menggunakan mereka untuk mendapatkan rasa belas kasihan dari orang lain. Mereka terpaksa melakukannya karena memang tidak tahu lagi harus seperti apa mencari uang.
Bekerja dan mencari uang memang sudah menjadi hal wajib yang harus dilakukan setiap anak yag ada jalanan. Sayangnya, hampir seluruh dari anak-anak tersebut sudah melupakan hal penting, yaitu pendidikan. Bagi mereka, uang lebih berharga daripada pengetahuan. Mereka pun terkadang melupakan hal yang paling hakiki, yaitu bagaimana mempertahankan keimanan. Untuk bertahan hidup tidak terlalu susah dibandingkan bagaimana bertahan dari semua godaan dunia yang semakin tidak menentu.
Ironisnya, hampir seluruh jajaran pemerintahan seolah angkat tangan dalam menangani anak anak yang ada jalanan. Malah terkadang pemerintah melakukan operasi atau razia, baik untuk gepeng (gelandangan dan pengemis), maupun anak-anak jalanan. Padahal itu bukanlah suatu solusi, karena cara mengatasi meningkatnya jumlah anak-anak jalanan adalah dengan cara menangani penyebabnya, yaitu kemiskinan. Setelah dilepaskan, mereka akan kembali lagi ke jalanan.
Mengentaskan kemiskinan memang hal yang tidak mudah. Jalan lain yang bisa dijadikan solusi adalah dengan meningkatkan pendidikan bagi anak anak yang tinggal jalanan yang merupakan aset bangsa yang berharga. Mereka memiliki hak untuk memperoleh pendidikan seperti anak-anak lainnya, hal ini merupakan tugas pemerintah dan kita semua untuk ikut mencerdaskan bangsa. Tidak ada bedanya dengan anak-anak lain yang memiliki kesempatan berprestasi.
Yang memperparah keberadaan anak jalanan adalah bahwa nantinya mereka akan menjadi orangtua, entah karena menikah secara benar atau karena mereka melakukan seks bebas. Kesulitan dalam kehidupan membuat banyak orang melakukan protes kepada Tuhan dengan cara melakukan berbagai penyimpangan yang dibenci oleh Tuhan. Tidak jarang bahwa mereka rela mengkhianati Tuhan dengan berbuat yang dilarang oleh Tuhan. Hebatnya lagi, mereka malah tidak merasa bersalah.
Apa yang terjadi dengan seorang anak sekolah dasar yang diperkosa oleh ayah kandungnya sebanyak dua kali lalu tertular penyakit kelamin dan meninggal dunia, ternyata ayah yang bejad ini telah mengenal seks bebas sejak usia 14 tahun. Ayah yang sangat kurang ajar ini berprofesi sebagai pemulung. Istrinya sakit kanker dan dirawat di rumah sakit ketika ia melampiaskan nafsunya kepada anaknya sendiri. Kehidupan yang keras yang tidak dibarengi dengan mendidik jiwa dan hati, maka yang terjadi adalah tidak merasakan dosa ketika berbuat dosa.[1]
Kalau hal ini dibiarkan, maka tidak menutup kemungkinan bahwa akan banyak orang yang tidak mampu mempertahankan keimanannya. Tidak mudah memang untuk mendidik diri sendiri agar mau belajar bagaimana mengelola hati. Beberapa orang merasa tidak membutuhkan hal ini karena ia sangat sibuk dengan pekerjaannya mencari makanan sebagai penymbung hidup. Kalau hanya mempertahankan nyawa dengan makanan, tidaklah sulit. Masih cukup berlimpah sumber makanan di dunia ini. Yang sulit memang mencari cara mendidik hati.
Anak-anak yang berada di jalan ini terkadang menyerah pada nasib dan mengikuti orang-orang yang mengajaknya melakukan perbuatan salah. Mereka masuk ke dalam dunia hitam. Yang perempuan malah bisa menjadi pelacur dalam usia yang sangat muda. Yang usia tua tetap mengemis hingga tutup usia. Sangat disayangkan bahwa mereka menyiakan waktu yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Mungkin saja mereka tidak tahu bagaimana memanfaatkan waktu karena mereka tidak belajar melakukannya.
Kalau anak-anak ini bisa diselamatkan, maka hal itu akan sangat baik. Paling tidak jiwa mereka akan selamat. Tubuh mereka boleh saja kasar dan berdebu, tetapi hati mereka jernih dan bening. Anak-anak yang telah mendapatkan pendidikan yang bagus dari para relawan, biasanya malah menjadi anak yang hebat. Tidak sedikit dari mereka yang telah menjadi mantan anak jalanan. Para mantan anak jalanan ini berusaha memberikan pendidikan yang sama kepada anak-anak yang masih berada di jalanan.

Adalah kewajiban bersama untuk memberikan pengetahuan kepada siapapun. Tidak boleh ada yang miskin di dunia dan juga miskin di akhirat. Betapa malang nasib orang yang seperti ini. Bagaimana bisa mendidik diri untuk ikhlas kalau tidak tahu ilmunya. Cara orangtua yang terdidik itu pasti akan sangat berbeda dengan cara orangtua yang tidak terdidik dalam membesarkan anak-anaknya. Orangtua yang terdidik akan berusaha memberikan bimbingan karakter yang baik kepada anak-anaknya.

B.     Pendidikan untuk Anak Jalanan
Memberi pengetahuan atau pendidikan bisa dengan berbagai cara, macam pendidikan pun bisa bermacam-macam, tidak sebatas pengetahuan umum seperti matematika atau IPA. Berikut ini adalah beberapa cara memberi pendidikan bagi anak anak yang tinggal di jalanan.
1.      Mendirikan sekolah
Yang dimaksud dengan sekolah di sini tentu bukan berarti sekolah besar yang didirikan dan dikelola secara profesional seperti sekolah swasta. Mendirikan sekolah untuk anak jalanan bisa dilakukan kapan saja, di mana saja, dan dengan syarat sekolah yang tentunya tidak seberat sekolah-sekolah formal.
Hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Pada sekolah ini, tidak ada batasan umur, tidak ada batasan biaya, dan waktu bersekolah pun bisa sangat fleksibel, tergantung kemampuan anak anak yang ada di jalanan.
2.      Mendirikan “rumah singgah”
Saat ini banyak sekali rumah singgah yang berdiri untuk memberi pendidikan pada anak anak jalanan. Namun di rumah singgah, mereka tidak hanya akan mendapatkan pengetahuan umum, tapi lebih kepada keterampilan tertentu sesuai minat dan bakat mereka.[2]
Contoh keterampilan yang diajarkan adalah cara menganyam, menjahit, atau keterampilan lain yang memang mereka sukai. Hal ini tentu sangat positif bagi perkembangan pendidikan anak jalanan. Dengan bekal keterampilan, mereka lebih siap untuk bekerja tanpa harus menjadi anak jalanan lagi.
Secara umum tujuan dibentuknya rumah singgah adalah membantu anak jalanan mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sedang secara khusus tujuan rumah singgah adalah :
a.       Membentuk kembali sikap dan prilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat
b.      Mengupayakan anak-anak kembali kerumah jika memungkinkan atau ke panti dan lembaga pengganti lainnya jika diperlukan
c.       Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang produktif.
d.      Peran dan fungsi rumah singgah bagi program pemberdayaan anak jalanan sangat penting. Secara ringkas fungsi rumah singgah antara lain : 
e.       Sebagai tempat pertemuan ( meeting point) pekerja social dan anak jalanan. Dalam hal ini sebagai tempat untuk terciptanya persahabatan dan keterbukaan antara anak jalanan dengan pekerja sosial dalam menentukan dan melakukan berbagai aktivitas pembinaan.[3]
Peran dan fungsi rumah singgah bagi program pemberdayaan anak jalanan sangat penting. Secara ringkas fungsi rumah singgah antara lain : 
a.       Sebagai tempat pertemuan ( meeting point) pekerja social dan anak jalanan. Dalam hal ini sebagai tempat untuk terciptanya persahabatan dan keterbukaan antara anak jalanan dengan pekerja sosial dalam menentukan dan melakukan berbagai aktivitas pembinaan.
b.      Pusat diagnosa dan rujukan. Dalam hal ini rumah singgah berfungsi sebagi tempat melakukan diagnosa terhadap kebutuhan dan masalah anak jalanan serta melakukan rujukan pelayanan social bagi anak jalanan. 
c.       Fasilitator atau sebagai perantara anak jalanan dengan keluarga, keluarga pengganti, dan lembaga lainnya. 
d.      Perlindungan. Rumah singgah dipandang sebagai tempat berlindung dari berbagai bentuk kekerasan yang kerap menimpa anak jalanan dari kekerasan dan prilaku penyimpangan seksual ataupun berbagai bentuk kekerasan lainnya. 
e.       Pusat informasi tentang anak jalanan 
f.       Kuratif dan rehabilitatif, yaitu fungsi mengembalikan dan menanamkan fungsi social anak
g.      Akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak jalanan dan sekaligus akses kepada berbagai pelayanan social. 
h.      Resosialisasi. Lokasi rumah singgah yang berada ditengah-tengah masyarakat merupakan salah satu upaya mengenalkan kembali norma, situasi dan kehidupan bermasyarakat bagi anak jalanan. Pada sisi lain mengarah pada pengakuan, tanggung jawab dan upaya warga masyarakat terhadap penanganan masalah anak jalanan. 

Bentuk upaya pemberdayaan anak jalanan selain melalui rumah singgah dapat juga dilakukan melalui program-program :
a.       Center based program, yaitu membuat penampungan tempat tinggal yang bersifat tidak permanen. 
b.      Street based interventions, yaitu mengadakan pendekatan langsung di tempat anak jalanan berada atau langsung ke jalanan. 
c.       Community based strategi, yaitu dengan memperhatikan sumber gejala munculnya anak jalanan baik keluarga maupun lingkungannya.

3.      Mendirikan klub buku/taman baca
Alternatif lain untuk memberi pendidikan pada anak anak jalanan adalah dengan mendirikan sebuah taman bacaan. Di sini, mereka bisa diajarkan untuk lebih mencintai pengetahuan dan buku yang berfungsi sebagai jendela ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar