BAB II
PEMBAHASAN
A. Profil Bosscha
Observatorium Bosscha
adalah sebuah Lembaga
Penelitian dengan
program-program spesifik. Dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung,
obervatorium ini merupakan pusat penelitian dan pengembangan ilmu astronomi di Indonesia.
Sebagai bagian dari Fakultas MIPA - ITB, Observatorium Bosscha memberikan
layanan bagi pendidikan sarjana dan pascasarjana di ITB, khususnya bagi Program
Studi Astronomi, FMIPA - ITB. Penelitian yang bersifat multidisiplin juga
dilakukan di lembaga ini, misalnya di bidang optika, teknik instrumentasi dan
kontrol, pengolahan data digital, dan lain-lain. Berdiri tahun 1923,
Observatorium Bosscha bukan hanya observatorium tertua di Indonesia, tapi juga
masih satu-satunya obervatorium besar di Indonesia.’
Observatorium Bosscha
adalah lembaga penelitian astronomi moderen yang pertama di Indonesia.
Observatorium ini dikelola oleh Institut Teknologi Bandung dan mengemban tugas
sebagai fasilitator dari penelitian dan pengembangan astronomi di Indonesia, mendukung
pendidikan sarjana dan pascasarjana astronomi di ITB, serta memiliki kegiatan
pengabdian pada masyarakat.
Observatorium Bosscha
juga mempunyai peran yang unik sebagai satu-satunya observatorium besar di
Indonesia, bahkan di Asia Tenggara sampai sejauh ini. Peran ini diterima dengan
penuh tanggung-jawab: sebagai penegak ilmu astronomi di Indonesia
Dalam program pengabdian
masyarakat, melalui ceramah, diskusi dan kunjungan terpandu ke fasilitas
teropong untuk melihat objek-objek langit, masyarakat diperkenalkan pada
keindahan sekaligus deskripsi ilmiah alam raya. Dengan ini Observatorium
Bosscha berperan sebagai lembaga ilmiah yang bukan hanya menjadi tempat
berpikir dan bekerja para astronom profesional, tetapi juga merupakan tempat
bagi masyarakat untuk mengenal dan menghargai sains. Dalam terminologi ekonomi
modern, Observatorium Bosscha berperan sebagai public good.
Tahun 2004, Observatorium Bosscha
dinyatakan sebagai Benda
Cagar Budaya oleh
Pemerintah. Karena itu keberadaan Observatorium Bosscha dilindungi oleh UU Nomor 2/1992 tentang Benda Cagar Budaya. Selanjutnya, tahun 2008, Pemerintah
menetapkan Observatorium Bosscha sebagai salah satu Objek Vital nasional yang harus diamankan.
Observatorium Bosscha berperan
sebagai homebase bagi penelitian astronomi di
Indonesia.
B.
Sejarah teropong bintang Bosscha
Observatorium Bosscha
(dahulu bernama Bosscha
Sterrenwacht) dibangun oleh Nederlandsch-Indische
Sterrenkundige Vereeniging (NISV)
atau Perhimpunan Bintang Hindia Belanda. Pada rapat
pertama NISV, diputuskan akan dibangun sebuah observatorium di Indonesia demi
memajukan Ilmu Astronomi di Hindia Belanda. Dan di dalam
rapat itulah, Karel Albert Rudolf Bosscha, seorang tuan tanah di
perkebunan tehMalabar, bersedia
menjadi penyandang dana utama dan berjanji akan memberikan bantuan pembelian
teropong bintang. Sebagai penghargaan atas jasa K.A.R. Bosscha dalam
pembangunan observatorium ini, maka nama Bosscha diabadikan sebagai nama
observatorium ini.
Pembangunan
observatorium ini sendiri menghabiskan waktu kurang lebih 5 tahun sejak tahun
1923 sampai dengan tahun 1928. Publikasi
internasional pertama Observatorium Bosscha dilakukan pada tahun 1933. Namun
kemudian observasi terpaksa dihentikan dikarenakan sedang berkecamuknya Perang
Dunia II. Setelah perang usai, dilakukan renovasi besar-besaran pada
observatorium ini karena kerusakan akibat perang hingga akhirnya observatorium
dapat beroperasi dengan normal kembali
Kemudian pada tanggal 17
Oktober 1951, NISV menyerahkan observatorium ini kepada pemerintah RI. Setelah
Institut Teknologi Bandung (ITB) berdiri pada tahun 1959, Observatorium Bosscha
kemudian menjadi bagian dari ITB. Dan sejak saat itu, Bosscha difungsikan
sebagai lembaga penelitian dan pendidikan formal Astronomi di Indonesia.
C.
Biografi Karel Albert Rudolf Bosscha
Karel Albert Rudolf Bosscha (lahir di Den Haag, Belanda, 15 Mei 1865 – meninggal
di Malabar Bandung, Hindia Belanda, 26 November 1928 pada umur 63
tahun) adalah seorang Belanda yang peduli
terhadap kesejahteraan masyarakat pribumi Hindia Belanda pada masa itu dan juga
merupakan seorang pemerhati ilmu pendidikan khususnya astronomi.
Pada bulan Agustus 1896, Bosscha
mendirikan Perkebunan
Teh Malabar. Dan pada
tahun-tahun berikutnya, ia menjadi juragan seluruh perkebunan teh di Kecamatan
Pangalengan. Selama 32
tahun masa jabatannya di perkebunan teh ini, ia telah mendirikan dua pabrik
teh, yaitu Pabrik Teh Malabar yang saat ini dikenal dengan nama Gedung Olahraga
Gelora Dinamika dan juga Pabrik Teh Tanara yang saat ini dikenal dengan nama
Pabrik Teh Malabar.
Pada tahun 1901 Bosscha mendirikan
sekolah dasar bernama Vervoloog
Malabar. Sekolah ini didirikan untuk memberi kesempatan belajar secara
gratis bagi kaum pribumi Indonesia, khususnya anak-anak karyawan dan buruh di
perkebunan teh Malabar agar mampu belajar setingkat sekolah dasar selama empat
tahun. Pada masa kemerdekaan Indonesia, nama sekolah ini berubah menjadi
Sekolah Rendah, kemudian berubah lagi menjadi Sekolah Rakyat. Dan diganti
lagi menjadi Sekolah Dasar Negeri Malabar II hingga saat ini.
Bosscha juga berperan penting dalam
pendirian Technische
Hoogeschool te Bandoeng - sekolah
tinggi teknik di Hindia Belanda (sekarang menjadiInstitut
Teknologi Bandung) yaitu sebagai
Ketua College van Directeureun (Majelis Direktur); yang mengurus
kebutuhan material bagi TH Bandung mulai dari
pembangunannya sampai kegiatan akademik berjalan (hingga diambil alih oleh
Pemerintah). Untuk mengenang jasanya, pada tahun 1924 komplek laboratorium
fisika TH Bandung dinamakan Bosscha-Laboratorium Natuurkunde.
Pada tahun 1923, Bosscha menjadi
perintis dan penyandang dana pembangunan Observatorium
Bosscha yang telah lama diharapkan oleh Nederlands-Indische
Sterrenkundige Vereeniging (NISV).
Kemudian ia bersama dengan Dr. J. Voute pergi ke Jerman untuk membeli Teleskop
Refraktor Ganda Zeiss dan Teleskop Refraktor Bamberg.
Pembangunan Observatorium Bosscha selesai dilaksanakan pada tahun 1928. Namun
ia sendiri tidak sempat menyaksikan bintang melalui observatorium yang didirikannya
karena pada tanggal 26 November 1928 ia meninggal
beberapa saat setelah dianugerahi penghargaan sebagai Warga Utama kota Bandung
dalam upacara kebesaran yang dilakukan Gemente di Kota Bandung.
Selama hidupnya, Bosscha memilih
untuk tidak menikah. Pada akhir hayatnya, karena kecintaannya pada Malabar,
beliau meminta agar jasadnya disemayamkan di antara pepohonan teh di Perkebunan
Teh Malabar.
D.
Teleskop di observatorium Bosscha
Di Observatorium Bosscha terdapat lima buah teleskop yaitu :
1.
Refraktor
Ganda Zeiss
Teleskop ini merupakan jenis refraktor
(menggunakan lensa) dan terdiri dari 2 teleskop utama dan 1 teleskop pencari
(finder). Diameter teleskop utama adalah 60 cm dengan panjang fokus hampir 11
m, dan teleskop pencari berdiameter 40 cm. Instrumen utama ini telah digunakan
untuk berbagai penelitian astronomi, antara lain untuk pengamatan astrometri,
khususnya untuk memperoleh orbit bintang ganda visual. Selain itu, teleskop ini
juga digunakan untuk pengamatan gerak diri bintang dalam gugus bintang,
pengukuran paralak bintang guna penentuan jarak bintang. Pencitraan dengan CCD
juga digunakan untuk mengamati komet dan planet-planet, misalnya Mars, Jupiter,
dan Saturnus. Dengan menggunakan spektrograf BCS (Bosscha Compact
Spectrograph), teleskop ini secara kontinu melakukan pengamatan spektrum
bintang-bintang
2.
Schmidt
Bima Sakti
Teleskop Schmidt Bima Sakti mempunyai sistem optik
Schmidt sehingga sering disebut Kamera Schmidt. Teropong ini mempunyai diameter
lensa koreksi 51 cm, diameter cermin 71 cm, dan panjang fokus 127 cm. Teleskop
ini biasa digunakan untuk mempelajari struktur galaksi Bima Sakti, mempelajari spektrum bintang, mengamati asteroid, supernova, Nova untuk ditentukan terang dan komposisi kimiawinya, dan
untuk memotret objek langit. Diameter lensa 71,12 cm. Diameter lensa koreksi biconcaf-biconfex 50 cm. Titik api/fokus 2,5 meter. Juga dilengkapi dengan prisma pembiasdengan sudut prima 6,10, untuk memperoleh spektrum bintang. Dispersi prisma ini pada H-gamma 312A tiap malam. Alat bantu extra-telescope adalah Wedge Sensitometer, untuk menera kehitaman skala terang
bintang , dan alat perekam film.
3.
Refraktor
Bamberg (untuk mengukur terang bulan)
Teropong Bamberg juga termasuk jenis refraktor
yang ada di Observatorium Bosscha, dengan diameter lensa 37 cm dan panjang
fokus 7 m. Teropong ini berada pada sebuah gedung beratap setengah silinder
dengan atap geser yang dapat bergerak maju-mundur untuk membuka atau menutup.
Karena konstruksi bangunan, jangkauan teleskop ini hanya terbatas untuk
pengamatan benda langit dengan jarak zenit 60 derajat, atau untuk benda langit
yang lebih tinggi dari 30 derajat dan azimut dalam sektor Timur-Selatan-Barat.
Untuk obyek langit yang berada di langit utara atau azimut sektor
Timur-Utara-Barat praktis tak dapat dijangkau oleh teleskop ini. Teleskop ini
selesai diinstalasi awal tahun 1929 dan digerakkan dengan sistem bandul
gravitasi, yang secara otomatis mengatur kecepatan teleskop bergerak ke arah
barat mengikuti bintang yang ada di medan teleskop sesuai dengan kecepatan
rotasi bumi. Teleskop ini juga telah dilengkapi dengan detektor moderen,
menggunakan kamera CCD.[6] Teleskop ini biasa digunakan untuk
menera terang bintang, menentukan skala jarak, mengukurfotometri gerhana bintang, mengamati citra kawah bulan, pengamatan matahari, dan untuk mengamati benda langit lainnya. Dilengkapi dengan fotoelektrik-fotometer untuk mendapatkan skala terang bintang dari
intensitas cahaya listrik yang di timbulkan. Diameter lensa 37 cm. Titik api
atau fokus 7 meter.
4.
Cassegrain
GOTO
Teleskop Goto berjenis reflektor Cassegrain dengan
diameter cermin utama 45 cm. Cermin utama yang berbentuk parabola memiliki
panjang fokus 1,8 m dan cermin sekunder yang berbentuk hiperbola memiliki
panjang fokus 5,4 m. Teleskop ini merupakan bantuan dari kementrian luar negeri
Jepang melalui program ODA (Overseas Development Agency), Ministry of Foreign
Affairs, pada tahun 1989.[7] Dengan teleskop ini, objek dapat langsung diamati
dengan memasukkan data posisi objek tersebut. Kemudian data hasil pengamatan
akan dimasukkan ke media penyimpanan data secara langsung. Teropong ini juga
dapat digunakan untuk mengukur kuat cahaya bintang serta pengamatan spektrum bintang. Dilengakapi dengan spektograf danfotoelektrik-fotometer
5.
Refraktor
Unitron
Teleskop Unitron adalah teropong refraktor dengan
lensa obyektif berdiameter 102 mm dan panjang fokus 1500 mm. Teropong ini
diinstalasi pada mounting Zeiss yang masih asli dengan sistem penggerak bandul
gravitasi, sama seperti pada teropong Bamberg. Dari segi ukuran, teropong ini
baik untuk pengamatan matahari maupun bulan, dan banyak digunakan untuk
praktikum mahasiswa. Dengan ukuran yang kecil dan ringan, teropong ini mudah
dibawa dan telah beberapa kali digunakan dalam ekspedisi pengamatan gerhana
matahari total, misalnya tahun 1983 di Cepu, Jawa Tengah, dan tahun 1995 di
Sangihe Talaud, Sulawesi Utara.[8] Teleskop ini biasa digunakan untuk
melakukan pengamatan hilal,
pengamatan gerhana bulan dan gerhana matahari, dan pemotretan bintik matahari serta pengamatan benda-benda langit lain. Dengan Diameter lensa 13 cm, dan fokus 87 cm
E.
Jenis-jenis kunjungan ke observatorium Bosscha
Ada tiga jenis kunjungan, jika ingin berkunjung ke Bosscha :
1.
Kunjungan
siang
Pada
kunjungan ini para pengunjung dapat melihat fasilitas teropong yang ada di
Bosscha. Selain itu, akan disuguhkan juga penjelasan mengenai teleskop serta
tentang astronomi secara umum.
2.
Kunjungan
malam rutin, yaitu sekitar jam lima sore sampai jam delapan malam. Selain dapat
melihat fasilitas teropong, pengunjung juga diberikan kesempatan untuk melihat
benda-benda langit melalui teropong bintang Bosscha.
3.
Kunjungan
malam atau permintaan khusus, yaitu kunjungan yang disesuaikan dengan jadwal
kegiatan penelitian yang sedang dilakukan di observatorium ini, misalnya ketika
terjadi gerhana bulan maupun untuk mengamati komet.
F.
Kendala yang dihadapi Observatorium Bosscha
Saat ini, kondisi
di sekitar Observatorium Bosscha dianggap tidak layak untuk mengadakan
pengamatan. Hal ini diakibatkan oleh perkembangan pemukiman di daerah Lembang dan kawasan Bandung Utara yang tumbuh laju pesat sehingga banyak daerah atau
kawasan yang dahulunya rimbun ataupun berupa hutan-hutan kecil dan area
pepohonan tertutup menjadi area pemukiman, vila ataupun daerah pertanian yang bersifat komersial
besar-besaran. Akibatnya banyak intensitas cahaya dari kawasan pemukiman yang
menyebabkan terganggunya penelitian atau kegiatan peneropongan yang seharusnya
membutuhkan intensitas cahaya lingkungan yang minimal. Sementara itu, kurang
tegasnya dinas-dinas terkait seperti pertanahan, agraria dan pemukiman
dikatakan cukup memberikan andil dalam hal ini. Dengan demikian observatorium
yang pernah dikatakan sebagai observatorium satu-satunya di kawasan khatulistiwa ini menjadi terancam keberadaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar